Aku tidak pernah menyangka akan menyukai hal ini. Dulu, aku termasuk yang paling keras kepala jika mendengar kata "kasino". Rasanya tabu. Berbahaya. Seperti jerat yang siap menutup kapan saja.
Tapi semua berubah sejak aku mulai banyak waktu sendiri. Di rumah. Di tengah malam. Ketika dunia sedang tidur dan pikiranku terus terjaga. Aku mencari hiburan, sesuatu yang bisa membuatku merasa hidup, tapi tidak menuntut terlalu banyak. Aku tidak ingin keluar rumah. Tidak ingin mengobrol. Aku hanya ingin masuk ke ruang kecilku, ruang digital yang bisa kumiliki sepenuhnya.
Saat itulah aku menemukan magetoto.
Entah kenapa, aku klik tautannya. Mungkin karena penasaran. Mungkin karena lelah. Tapi yang pasti, aku tidak merasa terintimidasi. Antarmukanya tenang. Tidak menggoda dengan janji manis. Tidak meledak-ledak. Hanya ruang yang memberi pilihan.
Aku mulai dari permainan paling sederhana. Bukan karena ingin menang. Tapi karena aku ingin merasakan kembali detak jantung yang berbeda dari biasanya. Dan anehnya, aku merasakan kendali. Aku bisa memutuskan kapan mulai, kapan berhenti. Aku tidak harus terus menang. Aku hanya ingin terus hadir. Di momen itu.
Selama ini, hidupku penuh dengan ekspektasi. Dari keluarga. Dari pekerjaan. Dari masyarakat. Tapi di dunia digital itu, di ruang kecil milik magetoto, aku merasa bebas. Tidak ada yang menilai. Tidak ada yang menuntut. Hanya aku dan pilihanku.
Tentu saja, aku tahu risikonya. Aku tidak menyangkal bahwa ada garis tipis antara kendali dan ketergantungan. Tapi mungkin, justru karena aku sadar itulah aku tetap bisa menikmati tanpa tenggelam. Aku membuat batas. Aku mengenali diriku. Dan setiap kali aku bermain, aku bukan sedang lari dari kenyataan—aku justru sedang menemuinya, dari sisi yang tak pernah kubuka sebelumnya.
Orang-orang bisa saja menilai dari luar. Tapi mereka tidak tahu bahwa bagi sebagian dari kami, ini bukan soal menang atau kalah. Ini soal merasa hadir. Merasa berani mengambil keputusan, sekecil apa pun.
Dan kadang, di malam yang sunyi itu, dengan lampu temaram dan suara detak jam yang lambat, aku membuka magetoto bukan untuk bermain, tapi sekadar duduk dalam diam di sana. Menatap layar. Menatap diriku sendiri.